"Global warming"
atau jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia yaitu "Pemanasan
Global". Kata ini makin membumi seiring dengan makin meningkatnya suhu
bumi. Pemanasan global (global warming) telah menjadi sorotan utama berbagai
masyarakat dunia, terutama negara yang mengalami industrialisasi dan pola
konsumsi tinggi (gaya hidup konsumtif). Selain itu, peristiwa yang diakibatkan
oleh gas-gas rumah kaca pada efek rumah kaca (greenhouse effect) ini
memiliki dampak yang luar biasa pada bumi seperti naiknya permukaan air laut,
meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, perubahan jumlah dan pola
presipitasi, terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, punahnya
berbagai jenis hewan dan lain sebagainya.
Penyebab utama pemanasan ini adalah
pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam,
yang melepas karbondioksida dan gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah
kaca ke atmosfer. Ketika atmosfer semakin kaya akan gas-gas rumah kaca ini, ia
semakin menjadi insulator yang menahan lebih banyak panas dari matahari yang
dipancarkan ke bumi. C, sumber emisi
gas rumah kaca terbesar .
Karbondioksida (C) adalah
penyumbang utama gas kaca. Dari masa pra-industri yang sebesar 280 ppm menjadi
379 ppm pada tahun 2005. Angka ini melebihi angka alamiah dari studi perubahan
iklim dari masa lalu (paleoklimatologi), dimana kurang lebih selama 650 ribu
tahun peningkatan hanya terjadi dari 180-300 ppm. Terutama dalam dasawarsa
terakhir (1995-2005), tercatat peningkatan konsentrasi karbon-dioksida terbesar
pertahun (1,9 ppm per tahun), jauh lebih besar dari pengukuran atmosfer pada
tahun 1960, (1.4 ppm per tahun), kendati masih terdapat variasi tahun per
tahun.
Seperti yang kita ketahui bersama,
peningkatan konsentrasi karbon dioksida ini berasal dari penggunaan bahan bakar
fosil, ditambah pengaruh perubahan permukaan tanah (pembukaan lahan, penebangan
hutan, pembakaran hutan, mencairnya es). Peningkatan konsentrasi metana (), dari 715 ppb
(part per billion= satu per milyar) di jaman pra-industri menjadi 1732 ppb di
awal 1990-an, dan 1774 pada tahun 2005. Ini melebihi angka yang berubah secara
alamiah selama 650 ribu tahun (320 menjadi 790 ppb). Sumber utama peningkatan
metana pertanian dan penggunaan bahan bakar fosil. Konsentrasi nitro-oksida (() dari 270 ppb menjadi
319 ppb pada 2005. Seperti juga penyumbang emisi yang lain, sumber utamanya
adalah manusia dari agrikultural. Kombinasi ketiga komponen utama tersebut
menjadi penyumbang terbesar pada pemanasan global.
Berdasarkan data yang dikemukakan di atas
terlihat jelas bumi kita sedang menghadapi masalah serius. Semakin tua dan
rentanya usia bumi kita tentu semakin tidak kuat menahan terpaan emisi yang
kian lama makin menggelembung di permukaan bumi. Iklim yang tidak menentu serta
peristiwa luar biasa lainnya mengindikasikan ketidakberesan bumi kita yang jika
dibiarkan terus-menerus akan berakibat fatal.
Entah apa yang terjadi dengan bumi kita
selanjutnya jika peristiwa ini terus berlanjut, Oleh karena itu, kita harus
mencari solusi meminimalisir emisi gas rumah kaca penyebab global warming.
Jika kita berusaha mencermati aktivitas manusia di zaman ini, maka kita melihat
bahwa aktivitas manusia semakin meningkatkan pemanasan global. Ironis, jumlah
pepohonan yang mampu menyerap karbon dioksida semakin berkurang akibat
penebangan hutan untuk diambil kayunya maupun untuk perluasan lahan pertanian.
Aktivitas manusia ini membuat lepasnya karbondioksida ke udara jauh lebih cepat
dari kemampuan alam untuk menguranginya.
No comments:
Post a Comment